1.
Pembentukan
Karakter Dengan Belajar Yang Bermanfaat Dan Penting
Hal yang berikutnya yang tidak bisa dilepaskan
dalam pembentukan karakter adalah dengan belajar yang bermanfaat dan penting.
Bagaimana sih belajar yang bermanfaat dan penting itu? Di bawah ini
penjelasannya:
a). Kendalikan Diri
Para
motivasional berteriak di atas podium, “kejarlah keinginan anda! Jika anda
memikirkannya, maka anda akan memilikinya”. Mungkin inilah alasan mengapa
mengenal dengan sangat baik orang-orang yang berkata seandainya saja mereka
lebih awal menyadari bahwa bersemangat pada suatu hal bukan berarti secara
otomatis ia akan memiliki bakat atau kecakapan untuk menjadi sukses dalam hal
tersebut.
Dalam
hal ini yang utama adalah periksa diri masing-masing dengan cermat dan jujur.
Kasusnya jika individu tidak menginventarisasi diri maka akan berakhir dengan kegagalan dan
kesengsaraan. Maksudnya mereka belum cukup berpikir tentang jenis tugas apa
saja yang mereka suka atau tidak suka, bakat dan minat apa yang mereka ingin integrasikan
ke dalam kehidupan kerja mereka, atau bagaimana kekuatan dan kelemahan mereka
bisa berdampak pada pilihan karier. Itu cukup sederhana, sebenarnya
masing-masing individu memiliki talenta khusu yang sesuai untuk jenis karier
tertentu daripada karier yang lain. Jika lebih mencari lini pekerjaan yang
cocok, mungkin akan lebih mudah berkembang. Jika megejar lini kerja yang tidak
kompentibel, perjuangan keras yang akan diperlukan. Ada yang mengatakan,
mengetahui apa yang paling cocok untuk dilakukan hanya membuat rumit. Awalnya
memang tidak selalu jelas dimana letak kekuatan masing-masing, sehingga
diperlukan waktu dan pengalaman utnuk mencari tahu. Kadang-kadang, individu
dapat memperoleh pelajaran berharga dari memperhatikan kelemahan diri sendiri.
Satu
bagian besar dari mengenal diri sendiri adalah memastikan bahwa karier yang
sedang dijalani selaras dengan sisa hidup selanjutnya. Setiap individu perlu
teratur memeriksa diri sendiri dengan memperhatikan bagaimana penyalarasan
antara profesi dan kehidupan pribadi telah memengaruhi hidup. Memang benar bahwa ada karakteristik pribadi
tertentu yang bisa tetap konsisten, sementara aspek lainnya terus berkembang
sebagaimana kita berlalu. Seringkali kehidupan mengacaukan konsistensi kerja
sehingga terjadi perubahan dalam tujuan kita, nilai-nilai yang memengaruhi
perilaku, atau toleransi dalam mengambil resiko.
Sudah
jelas bahwa setiap individu harus “berpikir masak-masak”sebelum memutuskan
sesuatu. Namun bagaimana dengan “merasakan masak-masak?” tentu jawabannya
adalah dengan menggunakan intuisi – yang bisa menjadi sumber informasi penting
dalam proses pengambilan keputusan. Mendengarkan intuisi dapat memberi wawasan
yang sangat berharga jika mendekatinya dengan cara terukur. Bila intuisi
bersuara, lakukanlah hal berikut:
Ø Perhatikan
apa yang dirasakan
Ø Tuliskan
perasaaan tersebut
Ø Tanyakan
pada diri sendiri apakah perasaan tersebut didasarkan pada interpretasi yang
masuk akal atau tidak rasional atas suatu situasi
Ø Jika
jawabannya adalah bahwa perasaan didasarkan pada interpretasi irasional atau
asumsi, kenali dari mana mereka berasal.
Ø Jika
jawabannya perasaan anda didasarkan pada keprihatinan yang masuk akal, jelajahi
mereka lebih lanjut sebelum bergerak maju
Ø Sebelum
berbagi intuisi tersebut dengan orang lain, pastikan diri pribadi mendukungnya
dengan alasan yang kuat
Hal lainnya yang
dianggap dapat membentuk karakter adalah dengan bekerja keras. Namun jika diri
setiap individu itu telah bekerja keras, tapi belum berhasil, mungkin sudah
waktunya untuk membuat diri sendiri beruntung. Dapat memulainya dengan bertanya
kepada diri sendiri:
Ø Apakah
diri ini sudah mengerjakan hal-hal yang rutin di kantor atau memutuskan untuk
menguasai keterampilan baru, mengambil proyek khusus, dan belajar tentang aspek
perusahaan?”
Ø Bagaimana
terakhir kali diri ini merespons suatu kegagalan? Apakah diri ini mampu
mengubah tantangan menjadi peluang?
Ø Kapan
terakhir kali diri ini mendengarkan intuisi atau batin dan kapan terakhir kali
diri ini mengabaikannya? Apa hasilnya di setiap situasi itu?
Ø Apakah
diri ini mampu membuat tali persahabatan yang tulus dengan mereka dan berupaya
untuk tetap berhubungan?
Ø Apakah
diri pribadi yakin akan berhasil? Apakah diri ini mengharapkan hal-hal positif
terjadi? Jika tidak, mengapa tidak?
Renungkanlah hal diatas. Dan Ingatlah “Menjadi
Beruntung Bukanlah Hal Yang Bodoh”.
KESIMPULAN
Setiap
hal yang ingin kita lakukan memiliki langkah-langkah yang harus dilalui untuk
mencapai hal-hal yang kita inginkan, jadi peranan antara sikap,ilmu pengetahuan
dan pengalaman sangat erat sekali kaitannya dalam kesuksesan. Banyak dari
hal-hal itu yang luput dari perhatian banyak orang karena mereka terkadang
hanya mengejar ilmu pengetahuan saja atau yang lainnya tanpa mengaitkan semua
menjadi satu kesatuan. Kegagalan janganlah menjadi alasan untuk tidak bangkit
kembali kepanggung pertarungan karena setiap hal pasti ada awalan dan
akhirannya, akhiri apa yang kamu lakukan dengan sebuah kesuksesan yang akan
kamu dapati nanti setelah menghadapi berbagai kegagalan. Pelajari apa yang
menjadi kegagalan anda, koreksi diri anda sendiri dan carilah penyemangat agar
langkah anda menjadi ringan dan tanpa beban. Kegagalan harus anda pelajari agar
anda tak lagi mengulang kesalahan yang sama dilain waktu, kalaupun anda gagal
lagi pastilah anda gagal difaktor yang lain karenanya semakin kompleks
kegagalan maka, pembelajaran yang dibutuhkan menjadi sangat banyak sehingga
anda menjadi lebih tahu dari sebelumnya.
Menginstropeksi
diri sendiri juga penting. Tak jarang kegagalan terjadi karena sikap atau
kepribadian kita yang tidak sesuai dengan hal-hal yang menjadi tujuan kita
dengan berinstropeksi kita dapat mengubah pandangan kita atau sikap kita agara
sesuai dengan apa yang ingin kita capai.
Dan
buatlah dirimu menjadi lebih semangat dengan motivasi dari keluarga atau orang
yang kamu kenal sehingga menimbulkan perasaan yang berbeda yang membuat kita
lebih ceria dalam menjalani setiap kejadian yang akan kita terima setiap
harinya. Tetaplah berusaha dan jangan lupa terus berdoa kepada Tuhan yang Maha
Kuasa.
DAFTAR
PUSTAKA
Covey, Sean.
(2000). The 7 Habits of Highly effective Teens. Amerika Serikat:
Binarupa Aksara.
De Porter, Bobbi
& Mike Hernacki. (1992). Quantum Learning. New York: Dell
Publishing.
Klause, Peggy et
all. (2007). Soft Skills. Amirika Serikat: HarperCollins Publishers.